Manifesto Hidup dan Perjalanan Belajarku – Farid

Aku memilih jurusan Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak (TRPL) bukan karena itu pilihan utama, tapi karena pada saat itu, aku tidak punya banyak opsi. SNBP menolakku, dan aku pesimis bisa lolos di kampus besar seperti USU lewat SNBT. Tapi aku sadar, bukan soal di mana aku memulai—yang penting adalah bagaimana aku melangkah dan untuk apa aku berjalan.

Aku punya latar belakang SMK RPL, dan dari situ aku melihat bahwa dunia teknologi bukan hanya menjanjikan secara karier, tapi juga penuh potensi untuk membangun sesuatu yang berarti. Maka aku putuskan: aku akan mendalami dunia teknologi informasi, bukan hanya sebagai jalan hidup, tapi sebagai bentuk pengabdian dan ekspresi diri.

Di dunia pemrograman, aku menemukan keindahan dan kekuatan. Keindahan dalam logika yang terstruktur, dalam proses berpikir yang terus berkembang. Dan kekuatan untuk menciptakan hal nyata—aplikasi, solusi, dan perubahan yang bisa menyentuh kehidupan orang lain.

Tapi aku tidak berhenti di situ. Aku ingin menjadi lebih baik dari diriku yang dulu. Aku ingin memantaskan diri—untuk orangtuaku yang telah berjuang, untuk istri dan keluarga masa depanku, untuk teman-teman yang percaya padaku. Aku ingin membuktikan bahwa setelah kepahitan, ada keindahan. Dan bahwa setiap langkah—bahkan yang berat dan penuh luka—tidak sia-sia jika dijalani dengan niat yang benar.

Buatku, sukses bukan tentang gelar atau gaji tinggi. Sukses adalah ketika aku berhasil menjadi versi terbaik dari diriku. Versi yang belajar dari kegagalan, tidak menyerah saat capek, dan tetap bertahan karena punya tujuan besar yang harus dicapai—dengan istiqomah, di jalan Allah ﷻ.

Aku ingin membangun proyek-proyek yang bermanfaat, karena aku percaya: menjadi manusia yang bermanfaat adalah jalan menuju keberkahan. Aku ingin dipercaya orang lain, karena kepercayaan adalah pondasi dari hubungan dan kolaborasi yang tulus.

Kalau aku diberikan kebebasan penuh untuk memilih jalan hidup, aku tetap akan memilih jalan ini. Bukan karena ini mudah, tapi karena aku percaya pada nilai dari proses. Bahkan jika hidupku hanya tersisa satu tahun, aku akan tetap berjalan—karena tak ada usaha yang sia-sia.

Meski kadang aku merasa kurang, meski terdistraksi, stres, atau lelah... aku tetap bertahan. Karena aku tahu, aku belum selesai. Aku masih punya niat untuk tumbuh, dan belum bisa melepaskan mereka yang belum melihat kesuksesanku. Aku ingin suatu hari mereka bisa berkata, “Farid berhasil. Bukan karena beruntung, tapi karena ia sungguh-sungguh.”

Dan kalau semua atributku hilang—title, skill, status—aku tetap punya satu hal: keinginan untuk menjadi lebih baik. Itu cukup untuk memulai lagi.